BATAK TOBA
(Rumah Adat Toba)
(Rumah Adat Toba)
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode
Penelitian
Oleh
:
AGNES
VALENTINA
FIFI
MOLINA SIBARANI
PRISMA
PRAMITA
SITI
ASMA
JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batak merupakan salah satu etnis yang berada di Sumatera
Utara. Etnis ini merupakan etnis dominan yang mendiami kawasan Sumatera Utara.
Batak tebagi atas beberapa jenis yaitu toba, karo, simalungun, mandiling,
pakpak/dairi dan angkola. Hanya saja sebagian dari jenis etnis ini tidak mau
menggunakan kata batak dan hanya menggunakan nama jenis etnisnya saja seperti
karo, simalungun, mandailing dsb.
Batak
toba merupakan salah satu etnis yang terbesar diantara jenis etnis batak yang
lainnya. Wilayah batak toba tersebar disekitar danau toba dan pulau samosir.
Dan diantara etnis yang lainnya peninggalan sejarah batak toba merupakan yang
terlengkap dari mulai arsitektur rumah adat sampai pada peralatan dapur masih
dapat dijumpai diwilayah pulau samosir yang kini diletakkan di museum – museum.
Batak
sendiri diketahui hampir berusia sepuluh abad dimana pada tahun 1292, Marco
Polo mendarat di wilayah pesisir sumatera dan mendapat sebuah cerita tentang
suatu suku yang memakan daging manusia yang disebut dengan” battas”. Marcopolo
mendeskripsikan bahwa suku ini mencekik korbannya sampai mati kemudian
memasaknya setelah itu mereka berkumpul antar sanak saudara untuk memakan
manusia tersebut. Namun kemudian Oscar von Kessel mengunjungi Silindung di
tahun 1840-an dan merupakan orang Eropa pertama yang meneliti tentang
kanibalisme di tanah Batak dan kemudian menyatakan bahwa menyatakan bahwa
kanibalisme dianggap oleh orang Batak sebagai perbuatan hukum dan aplikasinya
dibatasi untuk sangat sempit didefinisikan pelanggaran hukum termasuk pencurian
, perzinahan , memata-matai atau pengkhianatan . Garam, merica merah dan lemon
harus diberikan oleh keluarga korban sebagai tanda bahwa mereka menerima
putusan masyarakat dan tidak memikirkan balas dendam. Oleh karena itu, ada
ditemukan tempat pemenggalan sebagai salah satu bukti sejarah yang terdapat di
tanah batak tepatnya di Siallagan.
Selain
itu, peninggalan batak toba yang masih dijumpai saat ini adalah rumah adat.
Pada zaman dahulu, rumah adat ini mempunyai fungsinya masing – masing, seperti
rumah adat perempuan yang berfungsi sebagai tempat memasak, rumah adat laki –
laki sebagai tempat perkumpulan dan sopo yang digunakan sebagai tempat menumbuk
padi dan tempat menyimpan bahan makanan tahunan. Namun sekarang, banyak dari
rumah adat ini sudah tidak terawat dan
dibiarkan begitu saja.
Terdapat
pula monumen berupa kuburan yang banyak dijumpai di tanah batak. Monumen
biasanya berbentuk miniatur dari rumah adat dimana menurut penerjemah, hal ini
bertujuan sebagai pengganti rumah bagi orang yang sudah meninggal tersebut agar
arwahnya tidak kembali kedalam rumah. Biasanya monumen ini terbuat dari bahan
alam seperti batu cadas. Namun sekarang, monumen banyak terbuat dari semen dan
tidak menggunakan batu alam lagi.
Selain
itu, kerajinan kriya juga merupakan peninggalan sejarah yang sampai sekarang
masih eksis dikerjakan oleh masyarakat batak, bahkan menjadi salah satu mata
pencaharian mereka ketika turis asing maupun domestik ingin membawa hasil
kerajinan kriya tersebut sebagai oleh – oleh
dari daerah batak toba. Bentuk kriya yang berkembang adalah kriya kayu
dan kriya tekstil. Kriya kayu biasanya berbentuk ukiran dan kriya tekstil biasanya
kain ulos. Kedua benda ini menjadi barang unik yang dicari oleh para turis
ketika mereka berkunjung ke daerah toba. Hanya saja harga karya kerajinan ini
masih terlalu mahal sehingga masih kalah saing dengan daerah lain.
Keberagaman
hasil karya seni rupa batak toba ini sebenarnya sangatlah bermanfaat jika
masyarakatnya mau mengembangkan perdagangannya sampai ke luar negeri. Keunikan
dari hasil kerajinan tangan (handycraft) mempunyai daya tarik tersendiri bagi
masyarakat luar daerah karena berbeda dengan hasil kerajinan dari daerah maupun
negara lain. Selain itu, 3 warna yang terkandung pada hasil ukiran mempunyai
arti khusus sehingga membeli pernak – pernik dari daerah ini mempunyai nilai
historis maupun religius bagi pembelinya.
Tidak
hanya itu, pulau Samosir juga merupakan salah satu tempat wisata yang sangat
potensial dimana banyak nilai historis yang terkandung di setiap daerah yang
bisa dikunjungi oleh wisatawan. Ada Siallagan, Sidauruk, dan lain – lain.
Mengunjungi tempat ini tidak hanya berwisata alam tapi juga menambah wawasan
pendidikan tentang sejarah batak toba melalui peninggalan – peninggalan benda
yang berusia ratusan tahun.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari
latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
bentuk arsitektur rumah adat batak toba dan fungsinya?
2.
Apa
makna dari setiap gorga batak toba?
3.
Apa
fungsi ukiran pada rumah adat dan hasil karya seni rupa yang lainnya?
4.
Bagaimana
perkembangan seni rupa batak toba saat ini?
5.
Bagaimana
teknik pembuatan pada karya kerajinan seni rupa batak toba?
6.
Apa
makna yang terkandung pada setiap hiasan berbentuk gorga yang terdapat pada
karya seni rupa batak toba?
C.
TUJUAN
Tujuan
penulisan laporan ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui bagaimana kebudayan Batak Toba melalui hasil karya seni rupanya
2.
Untuk
mengetahui makna yang terkandung pada karya seni rupa Batak Toba
3.
Untuk
mengetahui fungsi dari karya – karya seni rupa batak toba
4.
Untuk
mengetahui teknik pembuatan karya seni rupa batak toba
5.
Untuk
mengetahui fungsi dan makna dari simbol – simbol yang terdapat pada hasil karya
seni rupa
6.
Untuk
memenuhi tugas metedologi penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
A. SENI RUPA
ARSITEKTUR
Suku Batak adalah salah satu suku di
Indonesia yang banyak sekali tinggal di pulau Sumatera, namun saat ini
keturunan suku Batak sudah menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Salah
satu ciri khas yang menarik adalah rumah adat suku Batak yang bentuknya sangat
unik.
Semua rumah adat tersebut di atas bahannya dari kayu baik untuk tiang, lantai
serta kerangka rumah berikut pintu dan jendela, sedangkan atap rumah terbuat
dari ijuk.
1. Pembagian rumah batak toba
Rumah adat
Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan
untuk tempat tinggal keluarga disebut Ruma Bolon, dan rumah yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan padi (lumbung) disebut Sopo. Letak
keduanya saling berhadapan dipisahkan pelataran luas yang berfungsi sebagai
ruang kegiatan warganya. Rumah adat ini berbentuk empat persegi panjang dengan
denah dalamnya merupakan ruangan terbuka tanpa kamar atau pun sekat pemisah..
Ada beberapa sebutan untuk rumah Batak, sesuai
dengan kondisi rumahnya. Rumah adat dengan banyak hiasan (gorga), disebut Ruma
Gorga Sarimunggu atau Jabu. Batara Guru. Sedangkan rumah adat yang tidak
berukir, disebut Jabu Ereng atau Jabu Batara Siang. Rumah berukuran besar,
disebut Ruma Bolon. dan rumah yang berukuran kecil, disebut Jabu
Parbale-balean. Selain itu, terdapat Ruma Parsantian, yaitu rumah adat yang
menjadi hak anak bungsu
Rumah Bolon
Rumah yang
cukup besar (biasanya dimiliki oleh orang yang mampu saja) berbentuk persegi
panjang dan sanggup untuk ditempati 5 sampai 6 keluarga. Biasanya memiliki
jumlah anak tangga yang ganjil dan pintu masuk yang pendek sehingga untuk dapat
masuk kita harus menundukkan kepala. Di bagian luar dindingnya biasanya
terdapat hiasan-hiasan berupa ukiran atau pahatan yang diberi warna-warna, yang
disebut dengan Gorga (akan dibahas dalam postingan selanjutnya).
bolon
sopo
Pada
penataan bangunan yang terdiri dari beberapa ruma dan sopo sangat menghargai
keberadaan sopo, yaitu selalu berhadapan dengan rumah dan mengacu pada poros
utara selatan. Hal ini menunjukkan pola kehidupan masyarakat Batak Toba yang
didominasi oleh bertani, dengan padi sebagai sumber kehidupan yang sangat
dihargainya. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan
kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap
dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang
melengkung dan pada ujung atap sebelah depan.
1. Nilai Filosofi Rumah
Adat Batak
Di balik
bentuknya yang sangat unik, ternyata rumah adat suku Batak ini memiliki makna
dan arti tersendiri.Filosofi rumah adat suku batak memang sangat menarik untuk
dipelajari, mulai dari proses pembangunan rumah sampai segala dekorasi,
ternyata semuanya memiliki makna yang cukup dalam.
Rumah adat bagi
orang Batak didirikan bukan hanya sekedar tempat benaung dan berteduh dari
hujan dan panas terik matahari semata tetapi sebenanya sarat dengan nilai
filosofi yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman hidup. Beragam pengertian dan
nilai luhur yang melekat dan dikandung dalam rumah adat tradisionil yang
mestinya dapat dimaknai dan dipegang sebagai pandangan hidup dalam tatanan
kehidupan sehari-hari, dalam rangka pergaulan antar individu. Dalam kesempatan
ini akan dipaparkan nilai flosofi yang terkandung didalamnya sebagai bentuk
cagar budaya, yang diharapkan dapat menjadi sarana pelestarian budaya, agar kelak
dapat diwariskan kepada generasi penerus untuk selalu rindu dan cinta terhadap
budayanya.
a.
Bagian-Bagian Rumah Batak
Menurut tingkatannya Ruma Batak itu dapat dibagi menjadi
3 bagian :
- Bagian Atas (Ginjang) yang terdiri dari atap (tarup) di bawah atap urur diatas urur membentang lais, ruma yang lama atapnya adalah ijuk (serat dari pohon enau). Bagian atas adalah tempat-tempat penyimpanan benda-benda keramat (ugasan homitan).
Atap
terbuat dari ijuk, yaitu bahan yang mudah didapat didaerah setempat. Suku batak
menganggap Atap sebagai sesuatu yang suci, sehingga digunakan untuk menyimpan
pusaka mereka.
2. Bagian
Tengah (Tonga) yang terdiri dari dinding depan, dinding samping,
dan belakang. Badan rumah terletak dibagian
tengah atau dalam mitologi batak disebut dunia tengah, dunia tengah
melambangkan tempat aktivitas manusia seperti masak, tidur, bersenda
gurau. Bagian badan rumah dilengkapi hiasan berupa ipon ipon untuk menolak
bala.
3.Bagian
Bawah (Tombara) yang terdiri dari batu pondasi atau ojahan tiang-tiang
pendek, pasak (rancang) yang menusuk tiang, tangga (balatuk) Bagian bawah
berfungsi sebagai tempat ternak seperti kerbau, lembu dll. Bagian tengah adalah
ruangan tempat hunian manusia.
·
- Pondasi
Pondasi rumah adalah hal yang terpenting, dibuat. Ada pemahaman bahwa tanpa letak pondasi yang kuat maka rumah tidak bakalan kokoh berdiri
Pondasi rumah batak toba menggunakan jenis pondasi cincin, dimana batu sebagai tumpuan dari kolom kayu yang berdiri diatasnya.
- Tiang-tiang kurang lebih berdiameter 42-50 cm berdiri diatas batu
ojahan struktur yang fleksibel, sehingga tahan terhadap gempa
- Makna dari pondasi ini sendiri adalah saling bekerja sama demi memikul beban yang berat
- Mengapa memakai pondasi umpak?, karena
pada waktu tersebut masih banyaknya batu ojahan dan kayu gelonggong dalam
jumlah yang besar. Dan belum ditemukannya alat perekat seperti semen- Makna dari pondasi ini sendiri adalah saling bekerja sama demi memikul beban yang berat
- Dinding
- Tali-tali pengikat dinding yang miring disebut tali ret-ret, terbuat
dari ijuk atau rotan. Tali pengikat ini membentuk pola seperti cicak yang
mempunyai 2 kepala saling bertolak belakang, maksudnya ialah cicak dikiaskan
sebagai penjaga rumah, dan 2 kepala saling bertolak belakang melambangkan semua
penghuni rumah mempunyai peranan yang sama dan saling menghormati.
- Pintu masuk bangunan
Pintu Utama
Menjorok kedalam dengan lebar 80 cm dan tingginya 1,5 m, dikelilingi dengan
ukiran, lukisan dan tulisan dan dengan dua kepala singa pada ambang pintu. Memasuki Rumah Bolon ini harus
menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga
yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah tersebut, harus menunduk dikarenakan ukuran pintunya yang rendah. Pintu yang
rendah pada rumah adat Batak yang membuat para tamu yang mengunjunginya
menunduk melambangkan kesopanan. Seseorang harus menunduk agar bisa masuk rumah
tersebut, sama halnya dengan keharusan tamu menghormati pemilik rumah. Begitu juga bila seorang anak yang
masuk kerumah harus menunduk yang menandakan harus patuh atau sopan santun
terhadaporang tuanya.Rumah Bolon termasuk dalam ketegori rumah
panggung
a. Rumah Adat Toba Di Simanindo (Raja Sidauruk)
gambar: museum
Museum Huta Bolon Simanindo merupakan rumah adat warisan Raja
Sidauruk yang dikelola marga Sidauruk dala. Museum ini cukup banyak menyimpan
peninggalan dan sejarah Batak. . Koleksinya berupa peninggalan leluhur
orang Batak Toba Di museum inilah tempat asal usul orang Batak berada
a) Gana gana sigedde ( patung yang
dipergunakan untuk membuat perjanjian
sebelum diadili)
|
b) Ulos polang-polang |
c) Tobu-Tobu (Terbuat dari buah labu dipergnakan sebagai tempat menyimpan tuak) |
h) Hadon Garuan ( terbuat dari tanah
dan dipergunkan untuk memasak nasi)
Dimuseum tersebut sebagian besar tersimpan benda
yang dipergunakan oleh orang batak dalam kehidupan sehari-hari atau alat-alat
rumah tangga suku batak toba.Namun
disayangkan benda-benda di museum tersebut tidak terdapat umur benda tersebut atau
tidak diketahui kapan benda-benda tersebut ditemukan
Selain koleksi benda-benda keseharian masyarakat batak terdapat juga rumah adat warisan Raja Sidauruk. Rumah adat yang di simanindo masih ada yang asli atap tebuat dari ijuk dan dinding rumah terbuat dari papan. Bagian luar dan depan rumah memuat ukiran yang dicat tiga warna yaitu merah-hitam-putih. Ukiran tersebut nyatanya penuh makna simbolik dan filosofis budaya Batak
Selain koleksi benda-benda keseharian masyarakat batak terdapat juga rumah adat warisan Raja Sidauruk. Rumah adat yang di simanindo masih ada yang asli atap tebuat dari ijuk dan dinding rumah terbuat dari papan. Bagian luar dan depan rumah memuat ukiran yang dicat tiga warna yaitu merah-hitam-putih. Ukiran tersebut nyatanya penuh makna simbolik dan filosofis budaya Batak
(a). tumbuhan benalu hidup di atap ruma bolon
|
b). gambar
rumah adat yang sudah rusak
|
Rumah adat batak sekarang ini hanya sebagai barang
pusaka peninggalan yang kurang perawatan. Semangat masyarakat untuk merawat
apalagi mendirikan yang sudah rapuh. Besar kemungkinan karena dianggap tidak
ekonomis lagi dan tidak praktis maka mereka tidak mau tau tentang rumah adat.
a c. Rumah adat
batak diSialagan
Rumah adat disialagan juga terlihat banyak ornamen yang menghiasi dinding
rumah yang memiliki makna tersendiri
Pada rumah adat di sialagan, bentuk rumah adatnya seperti perahu
pada bagian atapnya, dimana pada bagian belakang lebih tinggi daripada bagian
depan. Hal ini karena masyarakat batak mempunyai pemikiran bahwa pada bagian
atap depan diibaratkan seperti orang tua. Sedangkan pada bagian belakang
atapnya diibaratkan seperti anaknya. Hal ini mempunyai maksud bahwa kehidupan
anak/ keturunan mereka harus mempunyai kehidupan lebih baik atau lebih tinggi
daripada orangtuanya.
Dihuta sialagan terdapat pula situs bersejarah yaitu kursi batu
persidangan yang sudah berumur 400an tahun. Batu kursi (persidangan dan
eksekusi) adalah salah satu bukti peninggalan sejarah terdapatnya hukum Batak
di huta Siallagan. Batu kursi di huta Siallagan ditempatkan pada dua lokasi
sesuai dengan aturan dan fungsinya yang berbeda
Sebelum eksekusi dilaksanakan, atas perintah Raja, Eksekutor yang
juga Datu (memiliki ilmu gaib) menanyakan keinginan permintaan terakhir dari
sang penjahat. Bila tidak ada lagi, selanjutnya eksekutor menanggalkan semua
pakaian. Kemudian tubuh penjahat disayat dengan pisau tajam, sampai darah
keluar dari tubuhnya. Bila sang penjahat yang disayat tidak juga mengeluarkan
darah, maka penjahat dibuat telanjang dan diletakkan diatas meja batu, kemudian
disayat-sayat kembali bahkan air jeruk purut diteteskan kedalam luka sayatan,
sehingga eksekutor yakin sang penjahat tidak lagi memiliki kekuatan gaib di
tubuhnya.
Eksekutor harus memastikan bahwa sang penjahat sungguh-sungguh
tidak memiliki kekuatan apapun, jauh dari segala sesuatu yang berbau kekuatan
magis.Selanjutnya tubuh sang penjahat diangkat dan diletakkan ke atas batu
pancungan telungkup dengan posisi leher persis berada disisi batu, sehingga
kelak bila dilakukan eksekusi, sekali tebas kepala terpisah dari tubuhnya.
Untuk mengetahui apakah benar penjahat sudah mati, sang Datu kemudian
menancapkan kayu “Tunggal Panaluan” ke jantung penjahat, lalu jantung dan hati
dikeluarkan dari tubuh penjahat dan darahnya ditampung dengan cawan. Hati dan
jantung penjahat dicincang dan kemudian dimakan oleh Raja dan semua yang hadir,
darahnya juga diminum bersama dan tubuhnya dibuang kedanau toba.
Cerita
ini kemudian dianggap sebagai sebuah cerita yang menimbulkan opini bahwa orang
Batak adalah kanibalisme, karena ratusan tahun yang lalu kehidupan primitive Batak sangat berbeda dengan Batak zaman modern
sekarang ini. Namun cerita itu tidak perlu ditutup-tutupi karena
cerita ini merupakan sejarah masa
lalu kebudayaan
batak toba.
DAFTAR PUSTAKA
http://1.bp.blogspot.com/fioCEcOQY/Tqg3ugec_mI/AAAAAAAAHow/odaijIkpIYs/s1600/IMG_8686.JPG
http://sidauruk-familys-tangerang.blogspot.com/p/blog-page_19.html
(diakses pada tanggal 22 mei 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Gorga_Batak_Toba
(diakses pada tanggal 22 mei 2014)
MANTAP MANTAPPPPP
BalasHapusboru apa nih
BalasHapusboru apa nih
BalasHapusThanks
BalasHapusIni sangat membantu.
Thanks
BalasHapusIni sangat membantu.
Thanks
BalasHapusIni sangat membantu.