Selasa, 06 Januari 2015

KRIYA BATAK TOBA

1.      KERAJINAN TENUN

 
 

kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.
Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.
Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.

2. KERAJINAN ANYAM

Tandok adalah hasil kerajinan batak toba yang digunakan sebagai tempat penyimpanan beras yang terbuat dari pandan.

Harianjang adalah perabot rumah tangga yang di buat dengan cara anyam yang terbuat dari rotan

Hadang-hadang adalah barang yang sama dengan tas yang dingunakan sebagai tempat perlengkapan saat pergi ke pesta atau tempat makanan saat pergi ke ladang  yang terbuat dari pandan 

3.PATUNG


 Ukiran ini dinamakan ukiran raja yang berfungsi sebagai pelindung  yang terbuat dari kayu nagka

 Tunggal panaluan tungkat raja batak yang digunakan saat memandu acara adat atau pun membuat suatu keputusan.
 Patung  yang terbuat dari kayu  nangka ini melambangkan raja-raja yang melambangkan kekuasan yang berfungsi sebagai hiasan
 Patung hewan yang melambangkan kedekatan masyarakat batak toba dengan hewan-hewan buas pada jaman dahulu yang berfungsi sebagai hiasan dan terbuat dari kayu nangka.
 Topeng terbuat dari kayu yang melambangkan wajah-wajah dari raja-raja batak


Seorang Raja memiliki seorang anak, namanya Manggale. Raja ini menyuruh anaknya untuk ikut berperang melawan musuh yang datang menyerang wilayah mereka. Pada saat peperangan tersebut anak Raja yang semata wayang tewas pada saat pertempuran tersebut. Sang Raja sangat terpukul hatinya mengingat anak satu-satunya sudah tiada, lalu Raja jatuh sakit.
Melihat situasi sang Raja yang semakin hari semakin kritis , penasehat kerajaan memanggil orang pintar untuk mengobati penyakit sang Raja, Sang tabib mengusulkan kepada penasehat kerajaan agar dipahat sebuah kayu  menjadi sebuah patung yang menyerupai wajah Manggale, dan saran dari tabib inipun dilaksanakan di sebuah hutan.
Ketika Patung ini telah selesai, Penasehat kerajaan mengadakan satu upacara untuk pengangkatan Patung Manggale ke istana kerajaan. Sang tabib mengadakan upacara ritual, meniup Sordam dan memanggil roh anak sang Raja untuk dimasukkan ke patung tersebut. Patung ini diangkut dari sebuah pondok di hutan dan diiringi dengan suara Sordam dan Gondang Sabangunan.

4. CENDRAMATA 

 Kerajinan manik-manik khas tomok  biasanya dibuat menjadi tempat tissu, hiasan pada ulos , gantungan kunci dan lain nya.

 Miniatur patung yang melambangkan bahwa pada jaman dahulu masyarakat batak hidup dekat dengan binatang bahkan binatang buas ini lah yang menjadi peliharaan masyarakat batak . miniatur patung binatang ini terbuat dari kayu  nangka  dimana kayu nangka adalah kayu yang paling bagus untuk membuat kerajinan ukir.

 Miniatur alat musik batak toba yang di namakan tagading ini terdiri dari lima buah gendang terbuat dari kayu  dan di hiasi dengan gorga yang gantungkan dalam sebuah rak. Bentuknya sama dengan gordang, hanya ukurannya bermacam-macam. Yang paling besar adalah gendang paling kanan, dan semakin ke kiri ukurannya semakin kecil. Nadanya juga demikian, semakin ke kiri semakin tinggi nadanya.Taganing ini dimainkan oleh satu atau 2 orang dengan menggunakan dua buah stik. Dibanding dengan gordang yang rtelatif konstan, maka taganing adalah melodis.


 Miniatur alat musik ini dinamakan Garantung . Garantung dalah  alat musik jenis pukul yang terbuat dari wilahan kayu yang terbuat dari kayu ingol dan dosi. Garantung terdiri dari 7 wilahan yang digantungkan di atas sebuah kotak yang sekaligus sebagai resonatornya. Masing-masing wilahan mempunyai nada masing-masing, yaitu 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (so), 6 (la), dan 7 (si). Antara wilahan yang satu dengan wilahan yang lainnya dihubungkan dan digantungkan dengan tali.
Alat musik ini dimainkan dengan menggunakan dua buah stik untuk tangan kiri dan tangan kanan. Sementara tangan kiri berfungsi juga sebagai pembawa melodi dan pembawa ritem, yaitu tangan kiri memukul bagian tangkai garantung dan wilahan sekaligus dalam memainkan sebuah lagu. Alat musik ini dapat dimainkan secara solo (tunggal), namun dapat juga dimainkan dalam satu ensambel.
 Miniatur rumah bolon  rumah adat batak toba ini terbuat dari katu nangka yang atap nya terbuat dari ijuk, miniatur rumah dibuat persis seperti aslinya lengkap dengan gorga
  • Gorga ipon-ipon,.
  • Gorga Simataniari,
  • Gorga Desa Naualu
  • Gorga simarogung – ogung.
  • Gorga Singa-singa. Gorga Jorgom atau Gorga Ulu Singa
  • Gorga Boraspati dan Adop Adop
  • Gorga Ulupaung
Serta tangga rumah yang berjumlah ganjil


 Kemeja yang bermotifkan gorga ini menjadi ciri khas utama daerah batak (tomok) dimana kemeja ini tidak dijumpai di daerah lain, pembuatan corak pada kain ini , dibuat secara printing atau bisa juga dibuat dengan cara di batik.

Gantungan kunci yang dominan terbuat dari kayu namun ada juga yang terbuat dari manik manik atau keong-keong kecil serta dari tali atau  benang

Senin, 05 Januari 2015

MAKAM BERSEJARAH BATAK TOBA

C. MONUMEN ( Makam)


     1. Kuburan Tua Raja Sidabutar



Salah satu peninggalan zaman megalitik yang cukup terkenal di Pulau Samosir adalah Makam Raja Sidabutar. Kuburan tua tersebut terletak di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Barat.
Makam yang terbuat dari batu utuh tanpa persambungan ini dipahat untuk tempat peristirahatan Raja Sidabutar, penguasa kawasan Tomok pada masa itu. Walaupun bergelar raja, namun sebenarnya kekuasaannya setara dengan kepala adat atau kepala desa. Berdasarkan sejarah, Sidabutar merupakan orang pertama yang menginjakkan kakinya di Pulau Samosir. Kuburan yang sudah berumur 469 tahun itu, merupakan kubur batu (sarkofagus).
 Pada batu itu, selain dipahatkan wajah sang raja, juga dipahatkan wajah permaisurinya yang bernama Boru Damanik. Di kompleks itu, terdapat pula ukiran lelaki yang duduk di bawah pahatan kepala raja, yaitu Panglima Guru Saung Lang Meraji. Lelaki yang berasal dari daerah Pakpak Dairi tersebut, konon adalah penasih raja sekaligus panglima perang yang sangat dipercaya. Sedangkan, kedua patung gajah yang diletakkan di sebelah kiri dan kanan kuburan batu Raja Sidabutar mempunyai kisah tersendiri.
Kompleks makam  berisi tiga kuburan raja beserta beberapa kuburan  kerabatnya. Raja yang pertama dan  raja yang kedua belum memeluk agama samawi namun masih menganut aliran kepercayaan setempat yang biasa disebut Parmalim. Sedangkan untuk raja yang ketiga, yang bernama Solompoan Sidabutar sudah menganut agama Kristen yang dibawa oleh Nomensen, seorang misionaris asal Jerman pada tahun 1881 ke Tanah Batak. Perbedaan aliran yang dianut oleh raja-raja, ditandai dengan kain yang diletakkan di atas makam, dan ornamen salib yang menghiasi makam raja ketiga.
Sebelum memasuki pemakaman Raja Sidabutar, pengunjung pertama sekali diwajibkan mengenakan ulos yang sudah disediakan penjaga makam tepat di depan pintu masuk kompleks makam. Ketentuan ini telah berlaku semenjak Raja Sidabutar wafat pada tahun 1544. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, bila hal ini dilanggar maka pengunjung yang melanggar tersebut akan didatangi oleh Raja Sidabutar lewat mimpi. Ulos tersebut sebagai simbol untuk menjaga kesopanan. Ulos yang digunakan pengunjung pria berbeda dengan ulos yang digunakan oleh pengunjung perempuan. Di belakang makam tersebut juga terdapat patung batu yang menggambarkan perkumpulan masyarakat Batak. Dahulunya patung tersebut digunakan para leluhur untuk memohon agar diturunkan hujan.

Jenis dan macam Gorga yang digunakan
  1. Gorga Singa-singa. Ukiran gorga ini terdapat di setiap gorga fungsi nya untuk menjaga ruma dari mara bahaya atau mistis yang akan mengganggu.
  2. Gorga Simataniari, gorga ini mengambil bentuk matahari Dibuat sebagai symbol betapa pentingnya fungsi matahari dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Gorga Jorgom atau Gorga Ulu Singa biasanya ditempatkan di atas pintu masuk. Bentuknya menyerupai binatang atau manusia.
  4. Gorga Boraspati dan Adop Adop. Boraspati adalah binatang sejenis cicak atau kadal. Binatang ini sangat jarang terlihat. Orang batak mengartikan Boraspati sebagai symbol kedamaian dan ketentraman. Gorga ini sering juga dikombinasikan dengan ukiran tarus (payudara). Payudara bagi orang batak adalah symbol kesuburan dan juga pertanda bahwa penghuni ruma memiliki banyak keturunan. Bagi orang batak, banyaknya keturunan adalah pertanda memiliki wibawa.
  5. Gorga Desa Naualu, gorga ini mengambil bentuk delapan penjuru mata angin. Orang batak jaman dulu sudah mengenal mata angin. Mata angin sangat penting kaitannya
dengan aktivitas – aktivitas ritual atau upacara – upacara. Gorga ini memberikan arti bahwa mata angin sangat penting bagi orang batak.

a. Cat Gorga
Cat gorga terdapat tiga warna. Warna – warna cat ini dahulu dibuat secara alamiah.
1.      Cat Merah diambil dari batu hula, sejenis batu alam berwarna merah yang sangat sulit untuk didapatkan saat ini. Batu ini kemudian ditumbuk sampai halus seperti tepung lalu dicampur air.
2.      Cat Putih diambil dari tanah berwarna putih. Tanah halus dan lunak yang bagi orang batak sering disebut Tano Buro. Tano Buro ini digiling sampai halus serta dicampur dengan sedikit air.
3.      Cat Hitam dibuat dari sejenis tumbuh – tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk dan kuali. Kemudian digongseng sampai menghasilkan warna seperti cat tembok hitam saat ini.

2. MAKAM SIDAURUK HUTA BOLON DIMANINDO


Simanindo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota kecamatan ini berada di desa Ambarita.Di Simanindo ada sebuah pulau yang dijadikan objek wisata, yaitu Pulau Tao yang sudah terkenal sejak zaman Belanda
Desa Simanindo, Kecamatan Simanindo, Sangel Tapanuli Utara.Museum Huta Bolon Simanindo merupakan  warisan Raja Sidauruk. Sejak 1969 bangunan ini dijadikan museum terbuka. Museum ini terdiri atas sejumlah rumah adat dengan Huta Bolon Simanindo sebagai master piece-nya.
Koleksi dari Museum Huta Bolon ini berupa peninggalan leluhur orang Batak Toba dari Samosir yang antara lain terdiri atas parhalaan, pustaha laklak, tunggal panaluan, dan solu bolon.
Dilihat dari bentuknya, Gorga yang digunakan pada monumen ini yaitu :
  • Gorga ipon-ipon, Terdapat di bagian tepi gorga. Ipon – ipon dalam bahasa Indonesia artinya gigi-gigi. Manusia tanpa gigi sangatlah tidak menarik. Begitu pula gorga. Bentuk dari ipon-ipon ini beragam tergantung dari kemampuan pemahat atau pelukisnya. Biasanya memiliiki lebar antara 2 sampai 3 sentimeter di pinggir papan.
  • Gorga Simataniari, gorga ini mengambil bentuk matahari. Terdapat di sudut kiri dan kanan ruma. Dibuat sebagai symbol betapa pentingnya fungsi matahari dalam kehidupan sehari-hari.
  • Gorga Desa Naualu, gorga ini mengambil bentuk delapan penjuru mata angin. Orang batak jaman dulu sudah mengenal mata angin. Mata angin sangat penting kaitannya dengan aktivitas – aktivitas ritual atau upacara – upacara. Gorga ini memberikan arti bahwa mata angin sangat penting bagi orang batak.
  • Gorga simarogung – ogung. Gorga ogung memiliki makna bahwa yang terdapat pada makam tersebut adalah keluarga terpandang.
  • Gorga Singa-singa. Ukiran gorga ini terdapat di setiap gorga. Tidak semua orang batak bisa membangun ruma yang memiliki gorga disebabkan factor – factor ekonomi dan social. Orang yang mampu mendirikan ruma dengan gorga adalah orang yang berwibawa. Itulah sebabnya gorga singa-singa selalu disertakan dalam setiap ukiran gorga.
  • Gorga Jorgom atau Gorga Ulu Singa biasanya ditempatkan di atas pintu masuk. Bentuknya menyerupai binatang atau manusia.
  • Gorga Boraspati dan Adop Adop. Boraspati adalah binatang sejenis cicak atau kadal. Binatang ini sangat jarang terlihat. Orang batak mengartikan Boraspati sebagai symbol kedamaian dan ketentraman. Gorga ini sering juga dikombinasikan dengan ukiran tarus (payudara). Payudara bagi orang batak adalah symbol kesuburan dan juga pertanda bahwa penghuni ruma memiliki banyak keturunan. Bagi orang batak, banyaknya keturunan adalah pertanda bahwa pemilik ruma memiliki wibawa.
  • Gorga Ulupaung terdapat di bagian puncak rumah Gorga Batak. Gorga ini berbentuk kepala yang menyerupai wajah manusia. Tanpa Ulupaung, ruma batak terasa kurang megah. Disamping itu Ulupaung biasanya dibekali dengan kekuatan magis yang dipercaya dapat melawan begu ladang (setan) yang datang dari luar kampung.

ORNAMEN BATAK TOBA

    B. ORNAMEN BATAK TOBA
Ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping tugasnya menghiasi yang implisit menyangkut segi-segi keindahan. Ornament batak toba disebut Gorga. Gorga Batak Toba adalah kesenian ukir ataupun pahat yang biasanya terdapat pada bagian luar (eksterior) rumah adat Batak Toba dan alat kesenian (gendang, serunai, kecapi), dan lain sebagainya. Hiasan ini ada yang berupa ukiran kemudian diberi warna, ada pula yang berupa gambaran saja. Warna yang digunakan selalu hitam, putih dan merah.
  1. Merah : melambangkan kecerdasan dan wawasan yang luas sehingga lahir kebijaksanaan.
  2. Putih : melambangkan kejujuran yang tulus sehingga lahir kesucian.
  3. Hitam : melambangkan kewibawaan yang melahirkan kepemimpinan.
Dilihat menurut bentuknya dari ornament dan gambar-gambarnya dapat pula Gorga itu mempunyai nama-namanya tersendiri yaitu:
1.      Gorga Ipon-Ipon
2.      Gorga Sitompi
3.      Gorga Simataniari (Matahari
4.      Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin)
5.      Gorga Si Marogungogung (Gong)
6.      Gorga Singa-Singa
7.      Gorga Boras Pati dan Adop Adop (payudara)
8.      Gorga Jorgom 
9.      Gorga Ulu Paung 


·         Gorga ipon-ipon




Hiasan ini adalah sebagai garis bawah suatu hiasan gorga dengan kata lain disebut hiasan tepi.arti dan fungsinya hanya sebagai keindahan memperkuat komposisi.


·         Gorga Sitompi
Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas Petani yang disangkutkan dileher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga Sitompi termasuk jenis yang indah di dalam kumpulan Gorga Batak. Disamping keindahannya, kemungkinan sipemilik rumah sengaja memesankannya kepada tukang Uhir (Pande) mengingat akan jasa alat tersebut (Tompi) itu kepada kerbau dan kepada manusia


·         Gorga Simataniari (Matahari) 

Gorga yang menggambarkan matahari, terdapat disudut kiri dan kanan rumah. Gorga ini memiliki filosofi mengingat jasa matahari yang menerangi dunia ini, karena matahari juga termasuk sumber segala kehidupan, tanpa matahari takkan ada yang dapat hidup.










·         Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin)


Gorga ini menggambarkan gambar mata angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Orang Batak dahulu sudah mengetahui/kenal dengan mata angin. Mata angin ini pun sudah mempunyai kaitan-kaitan erat dengan aktivitas-aktivitas ritual ataupun digunakan di dalam pembuatan horoscope seseorang/sekeluarga. Sebagai pencerminan perasaan akan pentingnya mata angina pada suku Batak maka diperbuatlah dan diwujudkan dalam bentuk Gorga.



·         Gorga Si Marogungogung (Gong)
Pada zaman dahulu Ogung (gong) merupakan sesuatu benda yang sangat berharga. Ogung tidak ada dibuat di dalam negeri, kabarnya Ogung didatangkan dari India. Sedangkan pemakaiannya sangat diperlukan pada pesta-pesta adat dan bahkan kepada pemakaian pada upacara-upacara ritual, seperti untuk mengadakan Gondang Malim (Upacara kesucian). Dengan memiliki seperangkat Ogung pertanda bahwa keluarga tersebut merupakan keluarga terpandang. Sebagai kenangan akan kebesaran dan nilai Ogung itu sebagai gambaran/ keadaan pemilik rumah maka dibuatlah Gorga Marogung-ogung


·         Gorga Singa-Singa

 

 Dengan mendengar ataupun membaca perkataan Singa maka akan terlintas dalam hati dan pikiran kita akan perkataan: Raja Hutan, kuat, jago, kokoh, mampu, berwibawa. Tidak semua orang dapat mendirikan rumah Gorga disebabkan oleh berbagai faktor termasuk factor social ekonomi dan lain-lain. Orang yang mampu mendirikan rumah Gorga Batak jelaslah orang yang mampu dan berwibawa di kampungnya. Itulah sebabnya Gorga Singa dicantumkan di dalam kumpulan Gorga Batak


·         Gorga Boras Pati dan Adop Adop (payudara)
Hiasan boraspati (cecak)



 Ornamen cecak yang disebut dalam ornamen batak yaitu boraspati mempuyai pengertian sebagai lambang kekuatan pelindung dari marabahaya dan memberikan tuah serta kekayan kepada manusia.
Fungsi hiasan boraspati dibuat sebagai pelindung harta kekayaan dan mengharapkan jadinya berlipat ganda. Makanya hiasan boraspati biasanya di buat didepan rumah.

Hiasan payudara

 Susu  diartikan sebagai lambang kesuburan dan kekayaan. Sering juga sebagai lambang keibuan  dengan pengertian pengasih dan penyayang. Biasanya hiasan  susu berjumlah empat buah sebelah  kiri dan empat buah disebelah kanan pada rumah.pada  rumah adat hiasan susu itu selalu berdampingan dengan boraspati seolah–olah mendekati susu. Ini artinya adalah orang Batak selalu mengingat dan pulang ke tanah kelahiran dimana ibunya berada, walau sejauh apapun mereka merantau. (Rike) 

·         Gorga Jorgom
Ada juga orang menyebutnya Gorga Jorgom atau ada pula menyebutnya Gorga Ulu Singa. Biasa ditempatkan di atas pintu masuk ke rumah, bentuknya mirip binatang dan manusia 

     ·         Gorga Ulu Paung 

Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Tanpa Ulu Paung rumah Gorga Batak menjadi kurang gagah. Pada zaman dahulu Ulu Paung dibekali (isi) dengan kekuatan metafisik bersifat gaib. Disamping sebagai memperindah rumah, Ulu Paung juga berfungsi untuk melawan begu ladang (setan) yang datang dari luar kampung. Zaman dahulu orang Batak sering mendapat serangan kekuatan hitam dari luar rumah untuk membuat perselisihan di dalam rumah (keluarga) sehingga tidak akur antara suami dan isteri. Atau membuat penghuni rumah susah tidur atau rasa takut juga sakit fisik dan berbagai macam ketidak harmonisan.